Ibnu 'Ato'illah Asakandari berkata bhw Sholat adalah tempat
munajat dan wahana pembersihan qollbu. Di dalam sholat, ada medan rahasia demikian
luas dan kilau cahaya bersinar. Dia mengetahui kelemahan dirimu sehingga
menyedikitkan bilangannya. Dia juga mengetahui kebutuhanmu terhadap karunia-Nya
sehingga melipatgandakan pahalanya اَلصَّلاَةُ مَحَلُّ الْمُناَجاَةِ وَمَعْدَنُ الْمُصاَفاَةِ ،
تَتَّسِعُ فِيْهاَ مَياَدِيْنُ اْلأَسْراَرِ وَتُشْرِقُ فِيْهاَ شَواَرِقُ
اْلأَنْواَرِ . عَلِمَ وُجُوْدَ الضَّعْفِ مِنْكَ فَقَلَّلَ أَعْداَدَهاَ ،
وَعَلِمَ احْتِياَجَكَ إِلَى فَضْلِهِ فَكَثَّرَ أَمْداَدَهاَ Luaskanlah ruang hatimu saat shalat
agar engkau makin bisa intim dengan-Nya dalam munajat. Sebab, masih banyak yang
tidak menyadari keajaiban shalat. Sebagaimana engkau memiliki janji, layakkah
bila engkau tidak siapkan waktu dan tempat yang nyaman untuk bertemu dan
bicara? Begitulah, kepasrahan hatimu dalam shalat menghadirkan keakraban yang
membuatmu merasakan berbagai keagungan-Nya. Engkau akan selalu mendapatkan
kesadaran baru setiap kali engkau selesai shalat. Kejernihan hatimu membuatmu
mampu menangkap pesan-pesan tersembunyi dari kehidupan fisik ini. Sungguh
kemurahan-Nya begitu mengagumkan! Dia memberimu saat, membaginya, lalu
menyerahkan kepadamu tempat dan di mana engkau sempat. Shalatlah dalam hening
agar hatimu semakin bening! Shalat adalah tiang agama. Siapa yang
mendirikannya, maka dia telah mendirikan agama. Siapa yang menghancurkannya,
maka ia telah menghancurkan agama. Kata terakhir yang diucapkan oleh Rasulullah
Saw. sebelum meninggalkan dunia sebagai salam perpisahan bagi para sahabatnya
adalah “Shalat, shalat. Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang
meninggalkan shalat. Tiada ikatan antara kami dan kalian kecuali shalat.
Barangsiapa yang meninggalkannya, maka ia telah kafir.” Nabi Saw. menyerupakan
shalat dengan bengawan yang airnya mengalir di depan rumah kita. Sabda beliau
Saw., “Andaikata ada sungai mengalir di depan pintu salah seorang dari kalian,
kemudian dia mandi di sana lima kali sehari, apakah masih akan tersisa kotoran
di tubuhnya?” Mereka menjawab, “Tidak, Rasulullah.” Beliau bersabda, “Begitulah
shalat.” Dengan shalat lima waktu Allah Swt. menghapus dosa sebagaimana air
membersihkan kotoran. Shalat merupakan media komunikasi antara hamba dan
Tuhannya. Pada saat shalat, Allah Swt. memerintahkan para malaikat – seperti
kata ulama – meletakkan dosa-dosa hamba di atas kepalanya. Saat ia membaca
ayat-ayat suci al-Quran dan ruku’, dosa itu akan berjatuhan. Ketika ia bangun
dari ruku’, dosa-dosa berguguran. Ketika ia sujud, dosa-dosa berguguran. Ketika
ia duduk, dosa-dosa berguguran. Dan ketika ia mengucapkan salam, ia terbebas
dari dosa-dosanya sebagaimana bayi yang baru lahir. Allah Swt. menjadikan
shalat sebagai penunjuk jalan bagi kehidupan manusia. Antara satu shalat dan
shalat yang lain, antara satu Jum’at dengan Jum’at berikutnya, antara Ramadhan
dan Ramadhan berikutnya, dan antara satu haji dengan haji berikutnya, adalah
sebagai pelebur dosa di antara dua masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi.
Shalat juga bisa diumpamakan seperti motor yang selalu diservis rutin lima kali
sehari oleh montir yang ahli, tentu motor tersebut tidak akan pernah mogok.
Shalat adalah tempat munajat. Dalam shalat seorang hamba bisa bermunajat kepada
Tuhannya. Saat ia mengucapkan, “Alhamdulillah rabbil ‘alamin. (Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam),” Dia berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.” Ketika hamba
membaca, “Ar-rahmanirrahim. (Maha Pemurah lagi Maha Penyayang),” Dia berfirman,
“Hamba-Ku menyanjung-Ku.” Ketika hamba membaca, “Maliki Yaumiddin. (Yang
Menguasai Hari Pembalasan),” Dia berfirman, “Hamba-Ku mengangungkan-Ku.” Saat
hamba membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. (Hanya Engkaulah yang kami
sambah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan),” Dia berfirman,
“Ini hanya antara Aku dan hamba-Ku.” Hingga Dia berfirman, “Bagi hamba-Ku apa
yang dia minta.” “Di dalam shalat medan rahasia demikian luas dan kilau cahaya
bersinar.” Di dalam shalat terdapat banyak rahasia. Bersamaan dengan Takbiratul
Ihram, manusia mengabaikan dunia dan meletakkannya di balik punggungnya sambil
mengucap, “Allahu Akbar. (Allah Maha Besar).” Ketika setan datang
mengganggunya, ia memohon perlindungan kepada Allah Swt. dari setan yang
terkutuk. Ia pun terlena dalam kebersamaan dengan Allah Swt. Setelah shalat
kita merasakan kelapangan dada. Kita merasa lebih dekat dengan Tuhan Azza wa
Jalla. Kita merasa diberi karunia oleh Allah Swt. Di antara karunia-Nya adalah
Dia menciptakan kebaikan kemudian kebaikan itu dinisbatkan kepada kita. “Dia
mengetahui kelemahan dirimu sehingga menyedikitkan bilangannya.” Antara satu
shalat dengan shalat yang lain Allah Swt. memberikan senggang waktu beberapa
jam. Antara shalat Subuh dan shalat Zuhur sekitar 7 jam. Antara shalat Zuhur
dan Ashar lebih dari tiga jam. Begitu pula antara shalat Ashar dan Maghrib.
Antara Maghrib dan Isya’ satu jam setengah atau lebih. “Dia juga mengetahui
kebutuhanmu terhadap karunia-Nya sehingga melipatgandakan pahalanya.” Meskipun
shalat fardhu hanya dilakukan lima kali, pahalanya sebanding dengan shalat lima
puluh kali. Kenapa? Karena setiap kebaikan di sisi Allah Swt. dilipatgandakan
sepuluh kali lipat. Bukan berarti bacaan ‘Alif laam miim’ itu satu huruf,
tetapi ‘alif’ satu huruf, ‘lam’ satu huruf, dan ‘mim’ satu huruf. Bayangkan
andaikata kita memperlama shalat kita! Wahai anak manusia, andaikata engkau
tahu apa yang engkau dapatkan dalam shalat, engkau tidak akan teledor dalam
shalat. Andaikata engkau mengetahui di hadapan Siapa engkau berdiri, shalatmu
tidak akan pernah putus. Ketika hamba berdiri di hadapan Tuhan Azza wa Jalla,
ia harus yakin bahwa Allah Swt. pasti menerima shalatnya. Ia harus shalat
dengan khusyu’, suci pakaian, hati, badan, dan seluruh anggota tubuh dari
maksiat dan dosa-dosa. Tentang shalat berjama’ah ulama berkata, “Allah melihat
hati imam, apabila Dia mendapatinya baik, Dia akan menerima shalatnya dan
shalat orang-orang yang bersamanya. Jika Dia mendapati hatinya tidak baik, Dia
akan melihat hati para makmum. Jika Dia mendapati di antara mereka ada yang
baik, ia akan menerima shalat seluruhnya. Jika Dia tidak menemukan ini maupun
itu, Allah berfirman, ‘Wahai para malaikatku, lihatlah para hamba-Ku yang
sedang shalat dengan berbaris rapi sambil bertasbih seperti yang kalian
lakukan. Saksikanlah wahai para malaikat-Ku, Aku telah mengampuni dosa-dosa
mereka, meridhai mereka, dan menerima shalat mereka.’” “Dia mengetahui
kelemahan dirimu sehingga menyedikitkan bilangannya.” Allah Swt. tidak
memerintahkan kita mengerjakan shalat lima puluh kali sehari semalam. Dia tidak
mengatakan, satu kali shalat sepuluh rakaat atau dua puluh rakaat. Tapi, hanya
beberapa rakaat kecil. Kita hanya perlu membaca surat al-Fatihah dan
surat-surat yang mudah. Di sinilah Rasul Saw. memberikan pandangan saat
beberapa orang mengadu bahwa imam mereka setelah membaca surat al-Fatihah tidak
membaca surat lain, kecuali hanya surat al-Ikhlas. Beliau bertanya, “Apa yang
membuatmu membacanya pada tiap rakaat?” Dia menjawab, “Aku menyukainya, wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda, “Kesukaanmu padanya bisa memasukkanmu ke surga.”
Sedikit bilangannya, tapi berkat keutamaan Allah, Dia melipatgandakan
pahalanya. Kenapa? Karena Dia mengetahui bahwa kita butuh keutamaan shalat ini,
butuh pahalanya, butuh komunikasi dengan Tuhan dalam segala hal baik besar
maupun kecil. Apabila Rasul Saw. menghadapi persoalan, beliau melakukan shalat.
Beliau Saw. bersabda, “Permata hatiku ada dalam shalat.” Beliau Saw. juga
pernah bersabda, “Tentramkanlah kami dengannya (shalat), wahai Bilal.” Setiap
hari kita juga diingatkan saat adzan Subuh, “Ash-shalatu khairun minan naum.
(Shalat lebih baik daripada tidur).” Hamba pun bergegas menuju Tuhan Azza wa
Jalla dan meninggalkan tempat tidurnya mengharap ridha Allah Swt. Rizki dibagi
saat Subuh ketika terbit fajar. Apabila matahari telah terbit, keberkahan waktu
dicabut, keberkahan rizki dicabut, keberkahan umur juga dicabut, hingga hati
manusia menjadi sempit, ia menjadi susah, dan hatinya tidak lapang. Namun, jika
ia shalat subuh berjama’ah, dadanya akan menjadi lapang, dekat dan tetap
terkoneksi dengan Tuhan Swt. Sabda Rasul Saw., “Islam akan terurai ikatan demi
ikatan; yang pertama adalah rasa cinta dan yang terakhir adalah shalat. Hingga
tidak ada kebaikan yang tersisa bagi kamu Muslimin, kecuali shalat.” Karena itu
jika engkau melihat orang terbiasa menginjakkan kakinya di masjid, saksikanlah
bahwa ia adalah orang baik. Tidak ada hamba yang bersuci di rumahnya kemudian
menuju rumah Tuhannya, kecuali Tuhan menyambutnya di pintu masjid dengan wajah
berseri-seri sebagaimana berseri-serinya istri musafir saat suaminya kembali
kepadanya. Begitulah kedudukan shalat dalam Islam. Karena itu, ketika Nabi Saw.
dan para khalifah setelahnya mengirim pasukan, mereka berpesan, “Apabila kalian
mendengar suara adzan dari mereka, kembalilah.” Yakni, janganlah kalian
memerangi mereka, karena syiar Islam yang paling besar adalah shalat. Pertama
kali yang ditanyakan kepada hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika
shalatnya sempurna, shalat dan seluruh amalnya akan diterima. Tapi, apabila
shalatnya kurang, shalat itu akan ditolak beserta seluruh amalnya. Ya Allah,
jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang senantiasa menjaga shalat dan khusyu’ dalam
menunaikannya, Amiin
Diposkan oleh Abdul Hamid Mudjib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar